Arti Etika
Etika mengacu pada “prinsip-prinsip melaksanakan
pengaturan terhadap individu atau suatu kelompok, khususnya standar-standar yang anda gunakan untuk memutuskan bagaiman
cara anda meleksanakan sesuatu”. Keputusan yang berkaitan dengan etika selalu
memiliki 2 karakteristik, yaitu :
1.
Keputusan-keputusan selalu
melibatkan penilaian normatif, menyimpulkan bahwa sesuatu itu baik atau buruk,
benar atau salah, lebih baik atau lebih buruk.
2.
Keputusan etika selalu melibatkan
moralitas, standar-standar perilaku mana yang diterima oleh masyarakat.
Standar-standar moral berbeda dengan standar lain beberapa hal. Dalam hal ini
berkaitan dengan perilaku yang memiliki konsekuensi serius terhadap
kesejahteraan masyarakat, seperti pembunuhan, penipuan dan pencemaran nama
baik.
Di sisi lain di beberapa negara
masyarakat dapat menilai baik atau buruknya perbuatan perilaku itu sendiri, paling
tidak dalam sudut pandang mereka.
Etika Hukum
Hukum bukanlah pedoman terbaik dalam
etika, karena sesuatu itu bisa saja sah tapi tidak benar dan sesuatu itu bisa
saja benar tapi tidak sah, bagaimana masyarakat itu menilai dengan sendirinya.
Etika, Perlakuan
yang Adil dan Hukum
Di dalam hukum keadilan dalam suatu
etika adalah bagian yang terintegrasi dari apa yang dipikirkan orang sebagai
hukum. Para ahli umumnya mendefinisikan hukum organisasional dalam 3 komponen,
yaitu :
1.
Hukum distributif, mengacu pada
keahlian dan hukum dari hasil suatu keputusan. Misal, “apakah saya mendapatkan
gaji yang setara?”
2.
Hukum prosedural, mengacu pada
keahlian suatu proses. Misal, “apakah proses yang digumakan dalam perusahaan
untuk mengalokasikan tunjangan adil?”
3.
Hukum interaksional/interpersonal,
mengacu pada perilaku saat manajer melakukan hubungan antar personal dengan
para karyawan dan khususnya pada tingkatan dimana manajer memberlakukan para
karyawan dengan rasa hormat. Misal, “apakah penyelia saya memperlakukan saya
dengan rasa menghargai?”.
Perusahaan yang menerapkan keadilan
dan hukum cenderung untuk menjadi perusahaan yang etis. Faktor-faktor yang
membentuk perilaku etis saat bekerja :
1.
Faktor perorangan
Karena orang membawa nilai-nilai apa yang merka anggap
benar dan salah kepekerjaan mereka, setipa individu menanggung beban atas
kesalahan untuk pilihan etika yang di buatnya. Para peneliti menyimpulkan bahwa
predisposisi personel secara lebih kuat mempengaruhi keputusan daripada tekanan
lingkungan atau karakteristik organisasi. Dalam kasus apapun, ujian kejujuran
menunjukkan bahwa sebagian orang lebih cenderung untuk membuat pilihan etis
yang benar maupun yang salah.
2.
Faktor keorganisasian
Hal yang menakutkan dari perilaku
tidak etis saat bekerja adalah bahwa hal itu tidak timbul karena keinginan
pribadi. hasil-hasil dari suatu survei sebab-sebab utama pelanggaran prosedural
yang berkaitan dengan etika yakni berada di bawah tekanan untuk memenuhi jadwal
yang penuh tekanan adalah faktor pertama yang menyebabkan pelanggaran etika.
Untuk sebagian besar karyawan ini beranggapan bahwa “mencapai target keuangan
atau bisnis yang sangat tinggi” dan “membantu agar perusahaan dapat bertahan”
adalah dua alasan teratas, sedangkan untuk “meningkatkan karier individu dan
keuntungan keuangan individu” berada di peringkat terbawah dari daftar
tersebut. Oleh karena itu (paling tidak dalam kasus ini), hampir semua
pelanggaran etika terjadi karena pera karyawan merasa tertekan untuk melakukan
apa yang mereka pikir adalah cara terbaik untuk membantu perusahaan mereka.
3.
Pengaruh atasan
Atasan menetapkan karakter umum, tindakannya merupakan
sinyal-sinyal tentang apa yang benar dan apa yang salah. Menurut laporan,,
misalnya “tingkah perilaku yang tidak dapat diterima saat bekerja turun dengan
dramatis saat para karyawan mengatakan para penyelia mereka menunjukkan
perilaku yang etis.” Hanya 25% karyawan yang setuju bahwa para penyelia mereka
“memberikan contoh yang baik mengenai perilaku bisnis yang etis” mengatakan
mereka telah melakukan pengamatan pelanggaran etika tahun lalu, bandingkan
dengan 72% yang tidak merasa bahwa para penyelia mereka memberika contoh etika
yang baik. Beberapa cara tentang bagaimana para penyelia secara sadar (atau
tidak sadar) mengarahkan bawahan untuk melakukan hal yang tidak benar seperti :
·
Mengatakan pada para staf untuk
melakukan apa pun yang diperlukan untuk mencapai hasil
·
Membebani berlebihan orang-orang
dengan kinerja puncak untuk memastikan pekerjaan tersebut selesai
·
Mencari jalan lain saat terjadi
hal-hal ilegal
·
Mengambil hasil kerja orang lain
atau menghindari kesalahan.
4.
Aturan hukum dan kebijakan etika
Aturan dan kebijakan etika adalah
satu tanda bahwa perusahaan serius dalam masalah etika. Kadang kala aturan
etika berjalan dengan baik, dan kadang kala tidak. Sebagian perusahaan sangat
mendorong karyawannya untuk mengikuti “tes etika” untuk mengevaluasi apa yang
akan mereka lakukan sesuai dengan aturan sikap di perusahaan yang bersangkutan.
Contoh beberapa pertanyaan yang
menilai etika dan hukum
·
Legalkah tindakan itu?
·
Benarkah hal itu?
·
Siapa yang akan menerima dampaknya?
·
Sesuaikah itu dengan nilai-nilai di
perusahaan?
·
Bagaimana rasanya setelah berbuat
itu?
·
Bagaimana kalau muncul di surat
kabar?
·
Apakah hal itu tampak buruk di
perusahaan?
5.
Budaya organisasi
Budaya organisasi adalah karakteristik nilai, tradisi,
dan perilaku perusahaan yang dimiliki oleh para karyawannya. Nilai adalah
keyakinan dasar tentang apa yang benar dan salah, atau tentang apa yang harus
kita lakukan dan apa yang tidak (kejujuran adalah kebijakan yang terbaik).
Nilai merupakan hal terpenting karena nilai-nilai itu memberikan pedoman dan
menghubungkan perilaku, mengelola orang, membentuk perilaku mereka tergantung
pada pembentukan nilai-nilai yang mereka gunakan sebagai pedoman perilaku. Oleh
karena itu, budaya perusahaan harus mengirim sinyal yang jelas tentang apa
perilaku yang bisa dan tidak bisa diterima.
Peran Manajer
Manajer harus memikirkan cara untuk
mengirimkan sinyal yang benar pada para karyawan mereka. Berikut ini adalah
bagaimana mereka melakukannya :
a.
Mengklarifikasi harapan. Mereka
menjelaskan harapan mereka dengan menghormati nilai-nilai yang ingin mereka
terapkan pada karyawan.
b.
Gunakan sinyal dan simbol.
Persimbolan apa yang sesungguhnya dilakukan oleh para manajer adalah sinyal
mereka kirimkan yang paling utama untuk membentuk dan memelihara budaya
perusahaan. Misal perusahaan SouthWeast menetapkan karakter umum dari apa yang
mereka lakukan sejak seseorang dipekerjakan. Karyawan baru di sambut dengan
balon, permainan, mainan dan hadiah. Karyawan baru, pilot sekalipun mempelajari
lagu perusahaan atau yell perusahaan selama masa orientasi.
c.
Menyediakan dukungan fisikmanifestasi
secar fisik dari nilai-nilai para manajer. Misal, rencana insentif perusahaan,
sistem penilaian dan prosedur pendisiplinan mengirimkan sinyal yang kuat
berkaitan dengan apa yang harus dan tidak harus di lakukan oleh para karyawan.
d.
Menggunakan sejarah. Sejarah dapat
menggambarkan nilai-nilai penting perusahaan.
e.
Mengatur ritual dan upacara. Misal,
di JCPenny, karyawan baru manajemen di perkenalkan secar formal pada “penney
Partnership”. Aturan-aturan tertulis tersebut untuk mendukung nilai-nilai inti
tentang kehormatan,kepercayaan diri, pelayanan dan kerjasama.
·
PERAN
MANAJEMEN SDM DALAM MENINGKATKAN ETIKA DAN PERILAKU YANG ADIL
Mengapa memperlakukan karyawan dengan adil?
Pengajar manajemen spiritual hindu
mengatakan demikian, “mereka bukan karyawan, mereka adalah manusia,” ketika ia
mengingatkan memperingatkan para manajer dalam artikel Harvard Business Review, untuk memperlakukan para karyawan mereka
dengan penghargaan dan kebanggaan.
Ada juga alasan-alasan praktis untuk memperlakukan
karyawan perusahaan dengan keadilan dan hukum sesuai dengan apa yang menjadi
hak mereka.
·
Meningkatnya kesadaran karyawan
terhadap hukum
·
Dapat membela diri terhadap
observasi dari para arbitrator dan pengadilan
·
Untuk meningkatkan kualitas kepuasan
terhadap organisasi pekerjaan dengan para pemimpin
Para pelamar yang melihat prosedur seleksi perusahaan
sebagai proses yang adil tidak hanya akan bereaksi lebih baik terhadap prosedur
tersebut, tapi melihat perusahaan dan pekerjaan tersebut sebagai sesuatu yang
lebih menarik.
Aktivitas
Etis SDM
Aktivitas etis SDM bertujuan untuk
menciptakan budaya yang mendorong karyawan untuk melakukan hal yang benar.
Beberapa contoh spesifik beberapa langkah untuk memastikan perilaku etis oleh
karyawan mereka sebagai berikut :
·
Penyusunan
Staf dan seleksi
Cara paling
sederhana untuk menjalankan mekanisme organisasi menurut etika adalah dengan
mempekerjakan orang-orang yang lebih etis. Meskipun demikian, penyaringan orang
yang tidak di inginkan sebenarnya dapat di lakukan bahkan sebelum pelamar
memasukkan surat lamaran, jika departemen SDM membuat material perekrutan yang
memuat referensi yang eksplisit dengan menekankan pada integritas dan etika.
Para pengusaha kemudian menggunakan perangkat seperti tes kejujuran dan
pengecekan latar belakang yang sangat hati-hati.
·
Pelatihan
Peltihan
etika umumnya berperan penting dalam membantu perusahaan untuk mengembangkan
budaya etika dan keadilan. Pelatiha seperti ini biasanya termasuk menunjukkan
pada karyawan bagaimana mengenali etika, bagaimana menggunakan kerangka etika (seperti
aturan pelaksanaan) untuk menyelesaikan suatu permasalahan, bagaimana
menggunakan fungsi-fungsi SDM (seperti praktik-praktik wawancara dan
pendisiplinan) secara etis. Selain itu, pelatihan juga harus menekankan pada
dukungan moral dari pilihan etika dan komitmen yang mendalam dari integritas
dan etika.
·
Penilaian
kerja
Proses penilaian kinerja perusahaan memberikan kesempatan lain untuk
menekankan komitmennya terhadap etika dan keadilan. Pertama, penilain
menjelaskan bahwa perushaan tidak hanya mengklaim bahwa mereka percaya dan
melakukan standar etika yang tinggi, tapi juga benar-benar mengukur (dan
kemudian menghargai) para karyawan yang mengikuti standar tersebut.
Kedua, bagimana para penyelia melakukan penilaian adlah hal yang penting.
Studi mengonfirmasi bahwa, pada praktiknya, sebagian manajer mengabaikan
akurasi dan kejujuran dari nilai penilain kinerja dan lebih menggunakannya
untuk tujuan politik. Untuk dapat mengirimkan sinyal bahwa keadilan dan etika
lebih penting dari apa pun, standar-standar harus jelas, para karyawan harus
paham dasar apa yang digunakan untuk menilai mereka dan penilaian mereka harus
dilakukan secara objektif dan adil.
·
Sistem
penghargaan dan pendisiplinan
Untuk mencapai perilaku sebagai fungsi dari konsekuensinya adalah
tanggung jawab perusahaan dan SDM untuk memastikan bahwa perusahaan menghargai
perilaku yang etis dan menghukum perilaku yang tidak etis. Faktanya, penilitian
memberikan saran bahwa “karyawan mengharapkan organisasi untuk mendistribusukan
hukuman terhadap pelanggaran terhadap pelanggaran etika”. Jika perusahaan tidak
dengan segera mengatasi perilaku yang tidak etis, sering kali karyawan yang
berperilaku etislah yang merasa terhukum.
·
Agresi dan
pelanggaran di tempat kerja
Agresi dan pelanggaran di tempat kerja makin menjadi masalah yang serius,
seperti juga masalah yang sering berasal dari kurangnya keadilan atau kurangnya
kepedulian terhadap keadilan. Karyawan yang memandang diri mereka sebagai
dibayar dibawah standar dapat melakukan tindakan negatif yang bervariasi mulai
dari pencurian sampai pengrusakan terhadap barang-barang milik perusahaan.
Banyak tindakan SDM, termasuk perumahan karyawan, mengabaikan promosinya,
pemberhentian dan disiplin dapat menimbulkan persepsi mengenai perlakuan tidak
adil.
·
Aktivitas
etika SDM lainnya
Komite etika perusahaan akan sering melibatkan para professional. Komite
ini memastikan bahwa para pemimpin senior perusahaan terlibat dalam diskusi
tentang masalah-masalah etika.
·
Membangun
komunikasi dua arah
Kesempatan kumunikasi dua arah memainkan peran penting dalam pemahaman
tentang bagiman kita diperlakukan dengan adil. Satu studi menyimpulkan bahwa
ada tiga tindakan yang berkontribusi untuk peduli pada keadilan dalam kerangka
bisnis:
1. Keterikatan. Melibatkan individu dalam
keputusan-keputusan yang berpengaruh pada mereka dengan menayakan masukan dari
mereka dan memungkinkan mereka untuk menolak ide dan asumsi orang lain.
2. Penjelasan. Memastikan bahwa setiap
orang terlibat dan terkena dampaknya paham keputusan akhir dibuat dan pemikiran
yang mengarisbahawi keputusan tersebut;
3. Kejelasan harapan. Memastikan semua
orang tahu sebelumnya dengan standar apa mereka akan nilai dan denda bagi
kegagalan.
·
DISIPLIN DAN PRIVASI KARYAWAN
Tujuan
disiplin adalah untuk mendorong karyawan untuk berperilaku hati-hati dalam
pekerjaan (sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan). Dalam satu
organisasi peraturan dan perundang-undangan memiliki tujuan yang sama dengan
apayang di lakukan oleh hukum dalam masyarakat, disiplin dibutuhkan saat satu
dari peraturan dan perundang-undangan ini dilanggar. Proses yang adil dan
disiplin di dasarkan pada tiga pilar (peraturan perundang-undangan yang jelas,
sistem hukuman yang progresif dan proses yang serius).
-
Peraturan
perundang-undangan menyelesaikan permasalahan seperti pencurian, perusakan
properti perusahaan, mabuk di tepat kerja, dll
-
Sistem
hukuman yang progresif bisa mencakup dari peringatan yang di sampaikan secara
langsung maupun tertulis.
-
Proses
yang serius, menindak lanjuti pelangaran-pelangaran dengan serius sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Proses Permohonan Pendisiplinan
Formal
Prosedur
permohonan pendisiplinan jenis keluhan tidak di batasi pada
perusahaan-perusahaan anggota serikat kerja. Perhatikan program multitahap perlakuan adil. Tahap 1. Mereview manajemen, penuntut memasukkan keluhantertulis pada
anggota manajemen(manajer, manajer senior atau direktur pengelola) dalam 7 hari
sejak terjadinya masalah. Jika tidak puas dengan keputusa itu, maka tahap 2. Petugas keluhan, penuntut memasukkan
permohonan tertulis pada wakil derektur atau wakil derektur senior dalam devisi
7 hari sejak keputusan tahap 1. Akhirnya di tahap 3. Review persetujuan eksekutif, yang mengajukan dapat memasukkankeluhan
tertulis dalam waktu 7 hari sejak keputusan tahap 2, ke departemen hubungan
karyawan. Departemen ini kemudian menyelidiki dan mempersiapkan file dari kasus
tersebut untuk dewan persetujuan review
eksekutif. Dewan persetujuan CEO, petugas kepala personalia dan tiga wakil
direktur senior kemudian mereview
semua informasi yang relevan dan membuat sebuah keputusan untuk mendukung,
mengubah atau memulai review dewan
atau untuk melakukan tindakan yang sesuai lainnya.
Disiplin Tanpa Hukuman
Disiplin tanpa hukuman
biasanya melibatkan sistem peringatan langsung secara oral dan penerapan cuti
dibayar satu hari sebagai pengganti dari hukuman tradisional. Disiplin tanpa
hukuman bertujuan untuk menghindari masalah-masalah pendisplinan. Cara ini
melakukannya dengan membuat para karyawan menerima aturan dan mengurangi
hukuman dari disiplin itu sendiri. Berikut ini adalah cara penerapanya:
1. Mengeluarkan
peringatan dengan kata-kata.
2. Bila
pelanggaran meningkat dalam enam minggu, keluarkan peringatan tertulis yang
formal, copy dari peringatan tertilis dimasukkan dalm file personel karyawan.
3. Berikan
cuti, satu hari untuk “membuat keputusan yang dibayar”.
4. Jika
tidak terjadi lagi pelanggaran dalam setahun kedepan, cuti satu hari yang
dibayar tersebut dihapus dari filenya pribadinya.
Privasi Karyawan
Empat jenis pelanggaran
privasi terhadap karywan yang utama yang disutujui oleh pengadilan adalah
pelanggaran terhadap area pribadi (pengintipan diruang ganti dan kamar mandi),
publikasi masalah pribadi, membuka catatan kesehatan dan pemanfaatan nama
karyawan atau kemiripan dengan dia untuk tujuan komersial. Pengecekan
latarbelakang, pengawasan kegiatan diluar kerja dan gaya hidup, pencarian
tempat kerja dan pengawasan kegiatan di tempat kerja memicu sebagian besar pelanggaran
privasi.
Ada dua pembatasan
dalam pengawasan ditempat kerja: Undang-Undang Privasi Komunikasi Elektronik
(Electronic Communication Privacy Act-ECPA) dan perlindungan hukum terhadap
invasi privasi. ECPA sebagian tujuannya untuk membatasi penghalang dan
mengawasi komunikasi oral dan kabel, tapi dengan dua pengecualian, yaitu pengusaha
dapat menunjukan alasan bisnis yang sah menurut hukum untuk melakukannya dan
harus mendapatkan izin dari karyawan untuk melakukannya.
· MENGELOLA PEMBERHENTIAN
Pemberhentian adalah
pemecatan karyawan dari perusahaan tanpa didasarkan oleh keinginan orang
tersebut. Pemberhentian merupakan langkah pendisiplinan yang paling dramatis
yang dapat diambil oleh seorang manajer.
Tiga perlindungan
perundang-undangan dan hukum tradisional pada hukuman yang salah telah
menghapus doktrin kapan saja, pengecualian kebijakan publik, pengecualian
kontrak yang diindikasikan dan pengeculian kontrak niat baik. Berdasarkan
pengeculian kebijakan pubik, pengadilan menyatakan hukuman tersebut salah
bilaberlawanan dengan kebijakan umum yang telah mapan dan eksplisit.
Berdasarkan pengecualian yang diindikasikan dalam kontrak, pengadilan
menyatakan bahwa,meskipun tidak ada instrument yang mengekspresikan secara
tertulis, kontrak tersebut ada berdasarkan resprestasi dibuku pegangan
karyawan. Pengecualian berdasarkan niat baik menyarankan bahwa pengusaha tidak
boleh memberhentikannya para karyawan tanpa sebab yang benar.
Dasar Pemberhentian
Ada empat dasar
pemberhentian:
-
Kinerja yang tidak
memuaskanà kecenderungan untuk terus menerus
gagal melakukan tugas atau melaksankan kewajiban mencapai standar pekerjaan
-
perilaku yang tidak
dapat diterimaà pelanggaran yang terus menerus dan
disengaja terhadap peeraturan perusahaan.
-
tidak memenuhi
kualifikasi pekerjaan
-
perubahan persyaratan
atau eliminasi pekerjaan.
Ketidakpatuhan adalah bentuk dari perilaku yang tidak dapat diterima,
kadangkala menjadi penyebab pemberhentian. Pencurian, keterlambatan kronis dan
kulitas kerja yang rendah adalah alasan konkret untuk pemberhentian, tapi
ketidakpatuhan kadang kala lebih sulit untuk diterjemahkan kedalam kata-kata.
Mungkin bermanfaat untuk mengingat bahwa sebagian tindakan adalah atau dianggap
sebagai ketidakpatuhan kapan pun dan diman pun hal tersebut terjadi. Misalnya:
1.
Tidak menghargai secara langsung
kewenangan atasan.
2.
Sangat tidak patuh, atau menolak
untuk mematuhi, perintah atasan khususnya didepan orang lain.
3.
Penolakan keras yang yang
terus-menerus terhadap kebijakan, peraturan dan perundang-undangan dan prosedur
perusahaan yang telah dinyatakan dengan jelas.
4.
Kritik didepan umum terhadap
atasan.
5.
Menunjukan rasa tidak menghargai.
6.
Tidak menghargai rantai perintah,
ditunjukan dengan mendatangi penyelia atau manajer langsung dengan keluhan,
saran atau manuver politik. Meskipun karyawan tersebut bisa saja benar, halitu
tidak cukup untuk menyelamatkan orang tersebut dari hukuman ketidakpatuhan.
7.
Berpartisipasi dalam (atau
memimpin) usaha untuk merusak dan menghilangkan kekuasaan atasan.
Wawasan Kinerja Tinggi
Mengukur keamanan adalah hal yang penting saat pemberhentian dilakukan.
Akal sehat selalu didikte oleh daftar cek untuk memastikan para karyawan yang
dipecatmengembalikan semua kunci dan barang-barang perusahaan dan seringkali
membawamereka keluar kantor dan gedung.
Menghindari Tuntutan Terhadap
Hukuman yang Salah
Hukuman yang salah
yaitu pemberhentian seorang karyawan yang tidak sesuai dengan hukum atau tidak
sesuai dengan pernyataan tentang disusun dalam kontrak atau diindikasikan oleh
perusahaan melalui formulir aplikasi pekerjaan, buku informasikaryawan atau
perjanjian lainnya.
Menghindari dua tuntutan yang salah mensyaratkan dua pasangan
pendekatan.Pertama, tetapkan kebijakan pekerjaan dan prosedur resolusi
argumentasi yang membuat para kayawan merasa mereka diperlakukan dengan adil.
Kedua, lakukan persiapan kerja mulai dengan aplikasi pekerjaan yang akan
membantu menghindari tuntutan.
Wawancara Pemberhentian adalah wawancara untuk memberitahukan karyawan tentang fakta bahwa dia
telah diberhentikan. Pedoman untuk wawancara pemberhentian sendiri adalah
sebagai berikut:
1. Rencanakan
wawancara dengan hati-hati.
2. Langsung
pada intinya.
3. Jelaskan
Situasi.
4. Dengarkan
apabila mereka berbicara.
5. Review
semua eleman paket pembayaran pemberhentian.
6. Identifikasi
Langkah selanjutnya.
Konseling penempatan
kembali adalah proses sistematis dimana orang yang diberhentikan dilatih dan
diberi bantuan dalam teknik-teknik penilaian diri dan mengamankan posisinya
yang baru dengan kebutuhan dan bakatnya.
Wawancara
keluar adalah wawancara dengan para karyawan
yang meninggalkan perusahaan, dilakukan dengan tujuan memperoleh informasi
tentang pekerjaan atau masalah yang terkait dengan pekerjaan untuk memberi pengusaha
wawasan tentang perusahaan.
Hukum Merumahkan dan Hukum Penutupan Perusahaan
Merumahkan karyawan
yang bukan disebabkan oleh tindakan pendisplinan adalah kenyataan kehidupan
perusahaan. Bagi pengusaha, menurutnya keuntungan bisa jadi membutuhkan pengurangan
atau perampingan pegawai.
Hukum Pentupan Perusahaan,
Pengusaha bertanggung jawab untuk memberi peringatan pada karyawan yang akan
berurusan dengan “kehilangan pekerjaan”. Perumahan karyawan saat para pekerja
dirumahkan untuk sementara waktu, adalah situsi saat terjadi tiga kondisi: (1) Tidak
ada pekerjaan yang tersedia untuk para karyawan tersebut. (2) Manajemem
mengharapkan situasi tudak ada pekerjaan bersifat sementara untuk jangka
pendek. (3) Manajemen kembali berniat untuk memanggil kembali para karyawan
jika pekerjaan tersedia kembali.
Prosedur Merumahkan/Pengembalian, Prosedur
detail yang menentukan siapa yang akan dirumahkan jika tidak ada pekerjaan yang
tersedia: umumnya memungkinkan karyawan untuk menggunakan senioritas mereka
untuk bertahan dipekerjaan. Sebagian besar prosedur perumahan/pengembalian
memiliki fitur yang sama:
1.
Senioritas adalah
penentu utama siapa yang tetap bekerja.
2.
Senioritas bisa menjadi
petunjuk terhadap kamampuan atau kesempurnaan kerja, tapi biasanya hanya jika tidak
ada karyawan senior yang khusus memenuhi kualifikasi untuk pekerjaan tertentu.
3.
Senioritas biasanya
berdasarkan tanggal karyawan bergabung dengan organisasi, bukan tanggal dia
melakukan pekerjaan tertentu.
4.
Karena senioritas
bisanya diseluruh perusahaan, seseorang karyawan di satu pekerjaan biasanya
dapat mengambil alih pekerjaan lain tanpa pelatihan lebih lanjut.
Alternatif Selain Merumahkan,
Ada beberapa alternatif. Dengan pengurangan sukarela dalam rencana penggajian, semua
karyawan setuju untuk mengurangi gaji mereka agar semua orang tetap bekerja. Pengusaha
lainya setuju untuk melakukan waktu tidak bekerja sukarela, yang sekali lagi memiliki
dampak pengurangan beban bayaran gaji dan menghindari merumahkan karyawan.
Penyesuaian pada Perampingan dan Penggabungan
Perampingan adalah proses mengurangi,
biasanya secara dramatis, jumlah karyawan oleh perusahaan. Pedoman untuk
menerapkan upaya pengurangan tersebut:
Ø Identifikasi
sasaran dan kendala. Sebagai contoh, putuskan berapa banyak posisi yang di
hilangkan di lokasi mana dan kriteria apa yang di gunakan untuk memastikan
karyawan yang akan Anda tawarkan insentif keluar secara suka rela.
Ø Bentuk
tim perampingan. Tim manajemen ini harus mempersiapkan strategi komunikasi
untuk menjelaskan perampingan tersebut, menyusun tingkatan perekrutan dan
promosi, membuat jadwal perampingan,dan mengawasi perubahan program tunjangan
karyawan.
Ø Menyelesaikan
masalah hukum. Seperti memastikan bahwa orang lain tidak melihat perampingan ini
sebagai siasat untuk melindungi kelas karyawan tertentu dari kebijakan
perumahan. Oleh karena itu, meninjau kembali faktor-faktor seperti usia, ras
dan jenis kelamin sebelum memutuskan dan mengkomunikasikan pemberhentian.
Ø Rencanakan
tindakan pasca implementasi. Kegiatan seperti survei dan pertemuan penjelasan
dapat membantu menjaga semangat para karyawan. Sama juga, sebagian menyarankan
pembekuan perekrutan paling tidak enam bulan setelah dampak pemberhentian
berlaku.
Ø Selesaikan
masalah keamanan. Seperti perumahan besar, mungkin bijaksana untuk menempatkan petugas
keamanan di perusahaan untuk mengantisipasi masalah dari satu atau dua karyawan
dan untuk menidaklanjuti daftar cek pemberhentian.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
v Kesimpulan
Etka
adalah prinsip-prinsip melaksanakan pengaturan terhadap
individu atau suatu kelompok, khususnya
standar-standar yang anda gunakan untuk memutuskan bagaiman cara anda
meleksanakan sesuatu. Keputusan yang berkaitan dengan etika selalu memiliki dua
karakteristik yaitu melibatkan penilaian normatif dan moralitas.
Peran Manajemen SDM dapat mempengaruhi etika dan perlakuan yang adil di
tempat kerja dengan banyak cara. Beberapa contoh : proses seleksi yang terbuka
dan adil dapat menekankan pentingnya integritas dan etika bagi perusahaan,
perusahaan dapat memiliki program-program pelatihan etika yang khusus.
Keterikatan karyawan pada standar etika yang tinggi dapat diukur selama
penilaian kinerja dan perilaku etis atau tidak etis yang terkait dengan
pekerjaan dapat di beri penghargaan atau hukum.
v Saran
Manajemen
SDM harus berperan aktif dalam meningkatkan etika, hukum dan perlakuan yang
adil dalam MSDM agar semangat karyawan saat bekerja tidak kendor. Untuk masalah
pemberhentian karyawan alangkah baiknkya harus dilakukan dengan benar. Mungkin
dengan merencankan wawancara dengan hati-hati, langsung pada intinya jadi tidak
membuat bingung karyawan, menjelaskan situasi perusahaan dan dengarkan samapai
karyawan yang bersangkutan mengekspresikan perasaannya. Kemudian diskusikan paket
pembayaran pamberhentian dan identifikasi langkah selanjutnya, misal seperti di
beri surat berperilakuan baik dalam bekerja atau dll.
Izin minta data ini ya untuk bahan presentasi
AntwoordVee uit